Foto diambil dari : Grup Facebook Komunitas Historia Indonesia |
Banyak cara atau kegiatan menyenangkan yang bisa kita lakukan untuk mengisi akhir pekan di Jakarta, salah satunya adalah dengan mengunjungi tempat-tempat bersejarah yang banyak tersebar di berbagai sudut kota ini. Kegiatan itulah yang aku lakukan pada hari Minggu 14 Juli 2013 yang lalu, aku bersama puluhan orang lainnya menyusuri kawasan Cikini Jakarta Pusat dalam sebuah kegiatan yang bertajuk "Ngeboeboerit ke Tjikini" yang diadakan oleh Komunitas Historia Indonesia.
Gedung Juang 45 yang terletak di Jl. Menteng Raya No. 31 menjadi titik awal penjelajahan kami siang itu, sayang aku datang terlambat, sehingga aku tidak ikut menonton pemutaran film sejarah yang merupakan bagian dari rangkaian kegiatan Ngaboeboerit ke Tjikini. Selesai pemutaran film, peserta dibagi menjadi beberapa kelompok dan langsung memulai penjelajahan hari itu, tempat pertama yang kami jelajahi tentu saja bagian dalam dari Gedung Juang 45, berdasakan informasi dari Suci Rifani, pemandu kelompok kami, gedung ini berdiri sekitar tahun 1920-an dan pada awalnya difungsikan sebagai hotel dengan nama Hotel Schomper, nama itu diambil dari nama keluarga pemilik hotel tersebut yang berkebangsaan Belanda, L.C. Schomper. Lalu pada masa pendudukan jepang gedung itu diambil alih oleh pemuda Indonesia dan dijadikan kantor yang dikelola oleh Ganseikanbu Sendenbu, uniknya adalah di gedung atau kantor itulah jepang memberikan pendidikan politik kepada pemuda Indonesia.
Banyak koleksi menarik di museum ini, salah satunya adalah tiga buah mobil yang dahulu menjadi kendaraan resmi dari Presiden Soekarno dan Wakil Presiden Moh. Hatta, dan salah satu dari ketiga mobil tersebut adalah saksi bisu terhadap upaya pembunuhan Presiden Soekarno di kawasan Cikini. selain itu ada juga aneka poster propaganda era jepang yang berusaha menarik simpati pribumi melalui kata-kata dan janji manis mereka kala itu.
Dari Museum Gedung Juang 45 kami melanjutkan penjelajahan menyusuri kawasan cikini, kami singgah sejenak di Kantor Pos Cikini (dulu bernama Tjikini Post Kantoor) yang juga memiliki nilai sejarah cukup tinggi, Dan aku baru tau kalau warna oranye yang menjadi warna dasar PT. Pos Indonesia diadaptasi dari warna identitas negeri Belanda yang memang identik dengan warna oranye. Dari kantor pos cikini kami menelusuri trotoar pertokoan yang cukup luas, ada beberapa toko yang berusaha mempertahankan keaslian interiornya, minimal dari desain dan tata letak serta meubeul yang digunakan, salah satunya adalah Kafe Bakoel Koffie. Perjalanan sejarah Bakoel Koffie ini cukup panjang, untuk mengetahui sejarah singkatnya silahkan baca disini.
Persinggahan kami berikutnya adalah Pabrik dan toko roti Tan Ek Tjoan. Berada disini aku seperti kembali ke masa kecilku disaat aku sering diajak nenek untuk beli roti di toko ini, namun pada kunjungan kali ini aku tidak hanya masuk ke dalam tokonya, tetapi bisa juga masuk dan melihat pabrik atau dapur dari toko roti Tan Ek Tjoan ini. Toko roti Tan Ek Tjoan terletak di Jalan Cikini Raya No. 61, toko roti ini telah ada sejak tahun 1958, dan saat ini dalam kondisi normal mereka bisa memproduksi sebanyak tujuh ribu roti dengan berbagai varian per harinya.
Perjalanan kami lanjutkan kembali, dalam perjalanan kami mampir sejenak di halaman depan dari komplek Taman Ismail Marzuki (TIM), disini guide kami menjelaskan tentang sejarah lokasi tersebut yang ternyata dulunya adalah kebun binatang cikini yang pada akhirnya kebun binatang tersebut dipindahkan ke Ragunan, kami juga di jelaskan tentang arti logo yang ada pada gapura TIM, seumur-umur lewat daerah situ, baru saat itu aku 'ngeh' dan akhirnya tahu arti logo tersebut ckckckck....Menurut Uci, logo tersebut terdiri atas lima lembar daun Palma yang mengartikan pancasila dalam kehidupan seni dan budaya, lalu ada buah yang berjumlah tujuh melambangkan tujuh bidang seni yaitu Musik, Tari, Sastra, Seni Rupa, Teater, Film, dan Tradisi. Dan pada lambang itu ada batang pohon kelapa yang merupakan pohon yang sangat bermanfaat dalam kehidupan manusia. Dari batang, daun, lidi, daun muda, buah, air buah, sari air buah, akar, memiliki manfaat nyata bagi kehidupan.
Dari TIM, kami singgah di gedung sekolah SMPN 1 Jakarta, sebagian dari kami istirahat dan melaksanakan ibadah solat Ashar disini. SMPN 1 Jakarta yang dahulu bernama EERSTE SCHOOL D ini dibangun pada tahun 1907, sekolah ini merupakan sekolah pertama milik pemerintah hindia Belanda yang diperuntukkan bagi pribumi di Jakarta (Batavia). Dan pada tahun 1947, gedung tersebut diambil alih oleh pemerintah Republik Indonesia yang selanjutnya berganti nama menjadi SMP Negeri 1 Djakarta.
Tempat selanjutnya yang kami kunjungi adalah komplek Perguruan Cikini yang berada tidak jauh dari SMPN 1 Jakarta, lokasi ini menjadi salah satu spot menarik pada kegiatan hari itu karena di lokasi tersebut pernah terjadi upaya pembunuhan terhadap preseiden Soekarno, diceritakan saat mengantarkan anaknya bersekolah disana, mobil presiden Soekarno dilempari granat yang menyebabkan ledakan cukup besar dan merengut cukup banyak korban jiwa, beruntung presiden Soekarno lolos dari upaya pembunuhan tersebut.
Tidak terasa waktu sudah semakin sore, kami pun bergegas menuju Jalan Raden Saleh untuk pergi ke lokasi selanjutnya yaitu RS PGI Cikini, ternyata di belakang RS PGI Cikini tersebut terdapat bangunan yang sangat menarik yaitu Istana Raden Saleh, bangunan bergaya eropa tersebut merupakan tempat tinggal maestro lukis Indonesia, Raden Saleh. Bangunan anggun yang sangat besar tersebut ternyata mengadopsi bangunan istana Callenburg di Jerman, dan bangunan tersebut saat ini di fungsikan sebagai ruang direksi RS PGI Cikini.
Tempat terakhir dari penjelajahan kami hari itu adalah Masjid Al-Makmur yang terletak persis disebelah RS PGI Cikini, masjid tua tersebut merupakan salah satu benda cagar budaya yang dilindungi, kami tiba pada saat adzan maghrib berkumandang, alhamdulillah, rasa letih setelah berjalan menyusuri daerah cikini sirna oleh segelas teh manis hangat dan rasa puas akan pengetahuan sejarah yang bertambah.
Indonesia itu surga, kawan, takkan pernah cukup usia untuk kita menjelajahinya !!!
0 comments
Posting Komentar