Bus Double-decker Sri Maju yang aku tumpangi ini sangat nyaman, dan betapa beruntung aku mendapatkan duduk dibangku paling belakang hanya seorang diri, rasanya 7 jam perjalanan dari Had Yai menuju Ipoh akan aku lewati dengan baik-baik saja. Ya, setelah dua malam aku melewati hari di kota Had Yai akibat kecerobohanku dalam membeli tiket (baca : Ceroboh Berbuah Kejutan), akhirnya aku putuskan untuk melanjutkan perjalananku menuju sebuah kota kecil yang bernama Ipoh.
Baru semalam keputusan itu aku ambil, tidak ada pertimbangan khusus kenapa aku memilih Ipoh, aku hanya tertarik dengan namanya yang unik diantara nama-nama tempat tujuan bus pada papan penjualan tiket di agen perjalanan yang hampir tutup saat aku datang. Seorang bapak tua penjual tiket melayaniku dengan baik, dia bahkan memberikan aku potongan harga sebesar 50 Bath, jadi tiket Bus Sri Maju rute Had Yai - Ipoh seharga 450 Bath hanya aku bayar sebesar 400 Bath. Lumayan buat beli cemilan =)
Bus Double-decker Sri Maju | Photo : srimaju.com |
Nyaman sekali mendapat tempat duduk sendirian di belakang, bahkan bisa leluasa untuk selfie =) |
Had Yai
Perjalanan kali ini adalah kedua kalinya aku mengunjungi Had Yai, setelah pada tahun 2012 aku sempat singgah sebelum meneruskan perjalananku menuju Penang. Had Yai merupakan ibu kota dari Provinsi Songkhla yang berada didaerah selatan Thailand. Kabarnya Had Yai sendiri merupakan kota terbesar ketiga di Thailand setelah Bangkok dan Chiang Mai. Had Yai memang kerap kali dijadikan tempat persinggahan sementara para pejalan dari wilayah Malaysia yang akan memasuki wilayah Thailand, ataupun sebaliknya. Seperti pagi itu saat sarapan di sebuah restoran muslim aku berjumpa dengan empat orang pejalan yang sepertinya baru tiba di Had Yai dan berasal dari Indonesia. Aku menduga mereka berasal dari Indonesia karena salah satunya membawa buku panduan perjalanan Thailand yang aku tahu itu ditulis oleh orang Indonesia. Dan benar saja, tiga orang dari mereka adalah pejalan yang berasal dari lombok dan seorang lagi berasal dari Palembang. Mereka singgah sementara di Had Yai setelah sebelumnya menempuh perjalanan dari Singapore, selanjutnya Zaki pejalan dari Palembang akan meneruskan perjalanan ke Phuket dengan menggunakan bus, sedangkan ketiga pejalan asal Lombok yaitu Andy, januharianto, dan Alex akan menuju Bangkok dengan menggunakan kereta.
Walaupun lebih sering difungsikan sebagai kota transit oleh para pejalan, bukan berarti Had Yai tanpa objek wisata yang menarik. Jika memiliki waktu yang cukup banyak kita bisa mengunjungi beberapa objek menarik di sekitar kota Had Yai, namun sayangnya fasilitas trasnportasi umum di kota ini tidak mendukung, untuk berkeliling kita harus menyewa Tuk Tuk atau mungkin bisa menyewa sepeda motor. Beberapa objek wisata menarik yang aku maksud bisa dilihat disini atau kamu bisa membaca artikel berikut ini : ranselkecil.com/catatan/hat-yai-pesona-thailand-selatan/
Sudut-sudut kota Had Yai, Thailand |
Sudut-sudut kota Had Yai, Thailand |
Sudut-sudut / pasar malam kota Had Yai, Thailand |
Sudut-sudut/ pasar malam kota Had Yai, Thailand |
Sudut-sudut/ pasar malam kota Had Yai, Thailand |
Sudut-sudut kota Had Yai, Thailand |
Sudut-sudut kota Had Yai, Thailand |
Sudut-sudut kota Had Yai, Thailand |
Sudut-sudut kota Had Yai, Thailand | Foto diambil tahun 2012 |
Sudut-sudut kota Had Yai, Thailand | Foto diambil tahun 2012 |
Sudut-sudut kota Had Yai, Thailand | Foto diambil tahun 2012 |
Kali kedua ke Had Yai ini pun aku menginap di tempat yang sama, yaitu Cathay Guest House. Aku suka dengan penginapan ini, lokasinya yang strategis dekat dengan stasiun kereta, pusat keramaian, dan dekat dengan sebuah restoran muslim. Di bawah penginapan (letak penginapannya di lantai 3) ada agen perjalanan yang selain menjual tiket juga menyewakan motor kepada para pejalan. Dua kali pengalamanku menginap di penginapan ini selalu disambut ramah oleh para pegawainya, harga makanan minuman yang dijual di restorannya pun relatif murah. Namun yang paling membuat aku senang menginap di penginapan ini adalah bentuk penginapannya yang tua dengan kamar-kamar yang sangat besar, tapi dengan tarif yang murah. Hanya dengan membayar 200 Bath kita bisa mendapatkan single private room yang besar dengan kipas angin dan kamar mandi dalam. Namun sayangnya kasur yang digunakan pada kamar murah tersebut sangatlah keras, bahkan seolah tanpa busa hehehe
Yang dikiri adalah pintu masuk Cathay Guest House, penginapannya terletak di lantai 3 |
Tarif kamar di Cathay Guest House | Foto diambil tahun 2012 |
Dapur + Restoran + Lobby Cathay Guest House |
Front Office Cathay Guest House |
Dapur + Restoran + Lobby Cathay Guest House |
Menu Restoran Cathay Guest House |
Cathay Guest House |
Cathay Guest House |
Cathay Guest House |
Sekitar pukul 17.00 bus memasuki kota Ipoh, selintas kota ini terlihat seperti Penang, deretan rumah toko tua berarsitektur tiongkok mendominasi. Terkotak-kotak tanpa batas pagar. Entah apa yang akan aku jumpai disini, apapula yang akan aku lakukan disini. Semakin jauh aku melangkah memasuki kota, semakin aku merasa bagai di sebuah kota yang membutuhkan jasa Van Helsing. Matahari masih bercahaya, namun disini terasa sepi, sunyi, bahkan cenderung mati.
- Ipoh, Malaysia, 19 April 2014 -
Dulu di Had Yai cuma sebentar, cuma bisa numpang makan sebelum ke bangkok. Coba kalau lamaan dikit, bisa muter2...ternyata kotanya menarik juga ya di :)
BalasHapusItulah kak Mei, memang rata-rata pejalan yang datang ke Had Yai untuk transit. Tapi mungkin jika kita singgah agak lama banyak hal menarik yang bisa ditemukan.
HapusTerima kasih sudah berkunjung dan membaca tulisan diatas kak :)
Gue blm pernah tuh ke had yai, next time boleh kuga tuh pergi ke sana naik bus double decker pula.
BalasHapusSalam,
http://travellingaddict.blogspot.com/
Iya mas, Had Yai cukup menyenangkan untuk disinggahi, dan bus double deckernya nyaman pula untuk di naiki hehehehe...
HapusTerima kasih sudah berkunjung dan membaca tulisan diatas mas :)