Sunset di Karimun Jawa, 2010 |
Menuliskan ini seakan membuatku bernostalgia dengan pengalaman serta kenangan manisku di Jawa Tengah, provinsi yang beribu kota di Semarang ini cukup berkesan buatku, di
provinsi inilah aku mengenal dunia travelling dalam arti yang sesungguhnya. Travelling
dimana aku bisa memutuskan sendiri kemana dan dengan siapa aku berpergian, bukan
travelling ala seorang anak yang diajak berlibur oleh orang tuanya.
Maret 2010 adalah awal segalanya, saat itu aku bersama puluhan
orang lainnya melakukan perjalanan ke Taman Nasional Karimun Jawa di Kabupatan
Jepara, Jawa Tengah. Aku gembira bukan kepalang, tidak menyangka bahwa
akhirnya aku bisa jalan-jalan ke daerah yang belum pernah aku kunjungi dengan
orang-orang yang baru aku kenal.
Kebahagiaan yang aku dapat di Karimun Jawa berbekas sangat dalam, memantik hasrat untuk kembali melakukan sebuah perjalanan. Maka beberapa bulan setelah kembali dari Karimun Jawa aku pun melakukan perjalanan lainnya. Perjalanan yang membuat aku mengenal siapa diriku dan bagaimana gaya travellingterbaikku.
Kota Solo akan selalu menjadi kenangan, karena di kota inilah aku pertama kali melakukan perjalanan seorang diri (solo travelling). Tidak ada alasan khusus mengapa aku memilih kota Solo sebagai tujuan, saat itu yang ada dalam pikiranku adalah aku harus segera pergi sebagai upaya untuk melarikan diri dari rutinitas pekerjaan. Kota Solo yang mudah diakses oleh transportasi umum dari Jakarta menjadi salah satu alasanku memilih pergi ke Kota Solo.
Seperti sebagian besar wisatawan yang mengunjungi Kota Solo, Keraton Kasunanan dan Pura Mangkunagaraan menjadi lokasi pertama yang aku kunjungi saat itu. Sayang, karena keharusan untuk menggunakan jasa pemandu dan adanya biaya tambahan untuk hal tersebut, aku tidak jadi masuk ke dalam Pura Mangkunegaraan dan memutuskan untuk pergi ke Keraton Kasunanan.
Kebahagiaan yang aku dapat di Karimun Jawa berbekas sangat dalam, memantik hasrat untuk kembali melakukan sebuah perjalanan. Maka beberapa bulan setelah kembali dari Karimun Jawa aku pun melakukan perjalanan lainnya. Perjalanan yang membuat aku mengenal siapa diriku dan bagaimana gaya travellingterbaikku.
Kota Solo akan selalu menjadi kenangan, karena di kota inilah aku pertama kali melakukan perjalanan seorang diri (solo travelling). Tidak ada alasan khusus mengapa aku memilih kota Solo sebagai tujuan, saat itu yang ada dalam pikiranku adalah aku harus segera pergi sebagai upaya untuk melarikan diri dari rutinitas pekerjaan. Kota Solo yang mudah diakses oleh transportasi umum dari Jakarta menjadi salah satu alasanku memilih pergi ke Kota Solo.
Seperti sebagian besar wisatawan yang mengunjungi Kota Solo, Keraton Kasunanan dan Pura Mangkunagaraan menjadi lokasi pertama yang aku kunjungi saat itu. Sayang, karena keharusan untuk menggunakan jasa pemandu dan adanya biaya tambahan untuk hal tersebut, aku tidak jadi masuk ke dalam Pura Mangkunegaraan dan memutuskan untuk pergi ke Keraton Kasunanan.
Dengan menggunakan Batik Trans Solo (BTS) yang saat itu belum
lama ada di Kota Solo, aku menuju Keraton Kasunanan. Aku turun di shelter Bank
Indonesia dan melanjutkan perjalanan dengan berjalan kaki menuju Keraton
Kasunanan. Ternyata sama dengan di Pura Mangkunegaraan, di Keraton
Kasunanan pun aku diharuskan menggunakan pemandu untuk bisa masuk ke dalam
komplek keraton. Kali ini aku mengalah, aku berfikir jika aku kembali menolak
maka akan sedikit sia-sia perjalananku. Tidak ada pengetahuan maupun pengalaman
baru yang aku dapat di kota Solo.
Keraton Kasunanan Surakarta |
Halaman Keraton Kasunanan Yang Asri |
Menara di Keraton Kasunanan Surakarta |
Keraton Kasunanan Surakarta |
Saat malam, tempat yeng direkomendaikan banyak orang kala
itu adalah Gladag Langen Bogan (Galabo) yang terletak di depan Beteng Trade
Center (BTC) dan Pusat Grosir Solo (PGS).
Galabo adalah sebuah jalan raya yang disulap menjadi pusat kuliner kota
Solo di malam hari. Aku lihat banyak pedagang yang menjual makanan khas Solo di
Galabo. Sayang sekali aku bukanlah seorang pemburu ataupun penikmat kuliner. Bagiku
makanan hanya ada dua jenis, makanan yang enak dan makanan yang enak banget. Maka saat aku hanya bisa
menikmati seporsi timlo hangat malam itu, aku sudah sangat puas.
Air Terjun dan Candi di Kabupaten Karanganyar
Matahari belum bersinar sempurna, namun suasana di terminal Tirtonadi sudah sangat ramai. Pagi itu aku akan melanjutkan perjalanan ke daerah Tawangmangu di Kabupaten Karanganyar. Kabupaten Karanganyar adalah kabupaten yang berbatasan langsung dengan Kota Solo. Jarak tempuh Solo-Tawangmangu sekitar 2 jam perjalanan dengan menggunakan bus umum.
Seorang teman bercerita bahwa terdapat sebuah air terjun cantik di Tawangmangu, namanya adalah Grojogan Sewu. Untuk menuju lokasi air terjun tersebut, dari terminal Tawangmangun aku menggunakan angkutan kota yang oleh penduduk sekitar disebut `colt`.
Hawa dingin, bau pohon pinus khas daerah pegunungan dan ratusan kera liar menyapa saat aku tiba di Grojogan Sewu. Selain itu, aku pun melihat banyak sekali pedagang sate kelinci dan jasa penyewaan kuda wisata di gerbang masuk air terjun Grojogan Sewu. Waspadalah dengan kera-kera liar di Grojogan Sewu, jika lengah maka barang bawaan anda bisa berpindah tangan.
Matahari belum bersinar sempurna, namun suasana di terminal Tirtonadi sudah sangat ramai. Pagi itu aku akan melanjutkan perjalanan ke daerah Tawangmangu di Kabupaten Karanganyar. Kabupaten Karanganyar adalah kabupaten yang berbatasan langsung dengan Kota Solo. Jarak tempuh Solo-Tawangmangu sekitar 2 jam perjalanan dengan menggunakan bus umum.
Seorang teman bercerita bahwa terdapat sebuah air terjun cantik di Tawangmangu, namanya adalah Grojogan Sewu. Untuk menuju lokasi air terjun tersebut, dari terminal Tawangmangun aku menggunakan angkutan kota yang oleh penduduk sekitar disebut `colt`.
Hawa dingin, bau pohon pinus khas daerah pegunungan dan ratusan kera liar menyapa saat aku tiba di Grojogan Sewu. Selain itu, aku pun melihat banyak sekali pedagang sate kelinci dan jasa penyewaan kuda wisata di gerbang masuk air terjun Grojogan Sewu. Waspadalah dengan kera-kera liar di Grojogan Sewu, jika lengah maka barang bawaan anda bisa berpindah tangan.
Kera-Kera Liar Menyambut Pengunjung di Grojogan Sewu |
Pedagang Sate Kelinci di Grojogan Sewu |
Matahari Pagi Menyapa Air Terjun Grojogan Sewu |
Tangga Batu Menuju Air Terjun Grojogan Sewu |
Kurang Lebih 1.250 Anak Tangga Harus Dilalui |
Keluar dari Grojogan Sewu, dengan menggunakan jasa ojek
motor aku pergi ke Candi Sukuh. Candi Sukuh merupakan candi Hindu yang
didirikan sekitar abad ke-15, salah satu keunikan candi ini adalah adanya objek
pemujaan lingga dan yoni yang melambangkan alat kelamin pria dan wanita atau dalam
pengertian lebih luas dianggap sebagai perlambang kesuburan (asal mula
manusia). Beberapa artikel pernah menuliskan bahwa bentuk arsitektur Candi
Sukuh mirip dengan piramida suku maya di benua Amerika.
Gerbang Masuk Candi Sukuh |
Bentuk Candi Sukuh Konon Mirip Piramida Suku Maya |
Itulah catatan kecil tentang langkah dan kenangan yang tertinggal dari Jawa Tengah. Hari ini Minggu tertanggal 5 April 2015 dengan segala keterbatasan daya ingat aku menuliskannya untuk Blog Competition #TravelNBlog 3.
Terima kasih, Jawa Tengah!
Menikmati Senja di Atas Senja Utama Solo, 2010 |
Tulisan ini diikutsertakan dalam lomba blog “Blog Competition #TravelNBlog 3“ yang diselenggarakan oleh @TravelNBlogID.
Sunsetnya karimun jawa sempurna Mas, begitu membekasnya ya Jawa Tengah. Kadang terima kasih tidak cukup, karena begitu luasnya kesan yang diberikan. Good luck mas! :)
BalasHapusIya, termasuk pertemuan kita di Semarang beberapa waktu yang lalu. Membekas. #cieeee
HapusKomentar ini telah dihapus oleh pengarang.
BalasHapuswah keren nih, ada grojogan sewu segala yak, pengen ke solo dan menikmati keratonnya, tapi belom kesampaian :(
BalasHapusSemoga akan segera tiba waktu buat mas Salman Faris jalan-jalan ke Solo, amin =)
HapusWah aku malah belum pernah ke Candi Sukuh mz.
BalasHapusAyok mz, kapan kita kesana? Hehehehe
HapusTahun 2006 aku sempet trauma di kejar monyet di grojokan sewu, ngos2an bikin jantungan #Sial
BalasHapusPada naksir kali, om.... hahahahhaha
HapusTapi serius, monyet-monyet di sana memang garang =)
welcome to surakarta mas, nyari blogger surakarta malah keblasuk kesini saya:), salam kenal mas adi (nama kita sama adi hehe)..ditunggu kunjungan baliknya :) blogger nubi harus banyak belajar nih..
BalasHapusWah, sama-sama mas. Terima kasih juga sudah `nyasar` ke blog saya hehehehe
HapusUntuk blogger Surakarta mungkin bisa baca-baca blognya mas Halim di http://jejak-bocahilang.com/author/jejakbocahilang/ atau mba Yus Mei di https://usemayjourney.wordpress.com/ :D