Kapal Motor Penyeberangan Muria
yang aku tumpangi mulai melaju berlayar arungi Laut Jawa, perlahan-lahan Pelabuhan
Baru yang menjadi gerbang utama memasuki kawasan Karimunjawa terlihat mengecil
menjauh. Rasanya baru kemarin aku tiba, menjejakkan kaki untuk pertama kali di
kawasan yang memiliki keindahan bawah laut yang sangat luar biasa. Rasanya baru
kemarin aku dan beberapa teman yang baru aku kenal dalam perjalanan ini mendaki
sebuah bukit di belakang penginapan kami untuk melihat panorama Pelabuhan Baru dari
ketinggian. Namun hari ini kami harus pulang, kembali naik ke atas kapal dan berlayar
menuju Pelabuhan Kartini di Jepara selama enam jam lamanya. Saat tiba di Jepara
nanti, perjalanan masih harus kami lanjutkan menuju Jakarta dengan menggunakan
bus. Aku lelah, namun senang tak dapat ku bantah.
Perjalanan ke Karimunjawa ini
adalah titik awal aku mengenal dunia jalan-jalan, aku merasa beruntung
pengalaman pertama yang aku dapatkan sangatlah mengesankan. Lama perjalanan
yang panjang, aneka ragam moda transportasi yang kami gunakan, keelokan alam
yang luar biasa, biaya perjalan yang sangat murah dan teman-teman baru yang aku
kenal. Semua adalah anugerah yang sangat indah.
Pulau Karimunjawa sudah tidak
tampak, kini kami sudah berada di Laut Jawa. Kemana pun mata memandang yang
terlihat hanyalah lautan, yang kami harapkan selalu tenang hingga kami tiba di
Jepara. Sesuai doa kami saat kapal angkat jangkar di Pelabuhan Baru,
Karimunjawa. Terik matahari membuatku segera pergi dari buritan kapal menuju
ruang penumpang. Tidak seperti saat berangkat, kali ini aku memilih menyerah
pada sinar matahari yang panas. Sudah cukup rasanya aku berhadapan langsung
dengan sang penguasa siang, legam kulit muka bukan masalah, namun pedih dan panasnya
yang sungguh tak tertahan.
Bagiku, yang berbekas dari Karimunjawa
tidak hanya tentang keindahan alamnya, tidak juga sekedar ingatan pada begitu
menegangkannya berenang bersama hiu pemakan sayur, atau ingatan akan besarnya
cumi-cumi yang dijual di warung ibu Ester, tidak juga sesederhana mengingat
betapa bahagianya saat aku dan teman-teman menaiki odong-odong berkeliling
pulau dimalam hari. Tidak, bagiku yang berbekas dari Karimunjawa tidak hanya
itu.
Karimunjawa memberiku sesuatu
yang lebih dari sekedar kenangan, Karimunjawa memberiku sesuatu yang sangat
berharga, yang tak terbilang oleh angka dan tak terukur oleh satuan apapun. Karimunjawa
mempertemukanku dengan orang-orang yang sangat spesial, bersama mereka aku
bersahabat, bahkan bagiku mereka adalah keluarga. Tempat aku kembali seberapa
pun jauh aku pergi dan mencari. Teman yang sampai hari ini, ada disekelilingku.
Hari ini, 6 tahun yang lalu...
Di atas KMP Muria yang sedang
melaju tenang menuju Jepara, kami sepakat memanggil diri kami dengan nama
USBEK. Nama yang merupakan singkatan dari KASKUS BACKPACKER, sebuah forum komunitas
tempat kami bertemu hingga akhirnya perjalanan ke Karimunjawa ini dapat
terjadi.
Nama USBEK memang lahir tanpa pemikiran yang panjang, tidak juga dilakukan penelitian dan survey pasar saat menentukan USBEK sebagai identitas kami, dan yang pasti bukan berdasarkan tafsir mimpi salah satu diantara kami. Oleh karenanya, wajar jika dikemudian hari nama USBEK tidak tumbuh berkembang sebesar komunitas jalan-jalan lainnya.
Dikemudian hari pula nama USBEK
bukan lagi singkatan dari KASKUS BACKPACKER, karena terlalu berani rasanya kami
menggunakan nama forum sebesar KASKUS dalam komunitas kami. Nama USBEK pun
sudah jarang kami gunakan karena kesan yang ada di masyarakat terhadap kata
USBEK masih belum cukup baik. Dan satu
hal lagi, kami berhenti menyebut USBEK sebagai singkatan dari KASKUS BACKPACKER
adalah karena kami tidak selalu menggunakan backpack saat melakukan perjalanan bersama
setelah Karimunjawa.
Hari ini, setelah 6 tahun yang
lalu...
Aku melihat kembali foto-foto
kenangan perjalanan ke Karimujawa, 6 tahun berlalu dan mereka masih disini,
disekelilingku. Walau tidak selalu bersama, rasanya tidak ada satu tahun pun
yang sirna tanpa kegiatan kami yang bermakna. Gaya dan teman perjalananku
mungkin berubah-rubah, namun setelahnya aku selalu kembali ke rumah, ke tempat keluargaku
berada.
USBEK mungkin memang tidak
tumbuh, tapi dia tidak mati. USBEK hidup dalam hati dan pikiran kami.
Karimunjawa bagiku adalah asal
mula USBEK, namun USBEK tidak melulu tentang Karimunjawa. Dapat dikatakan USBEK
dan Karimunjawa hanyalah simbol, simbol untuk memulai kisah. Setelahnya, banyak
kisah-kisah yang membuat keluarga ini semakin semarak, banyak pula orang-orang
baik yang aku kenal didalam keluarga ini setelah kisah Karimunjawa.
Mereka yang memiliki arti
tersendiri bagi hidupku, mereka yang membuat hidupku lebih berwarna, jauh dari
kata membosankan. Mereka yang ada dalam daftar nama orang baik yang kubuat,
yang kelak akan kuadukan pada Tuhan dan memohon pada-Nya agar memasukkan mereka
kedalam surga-Nya.
Selamat ulang tahun pertemanan,
USBEK. Semoga kita langgeng abadi.
Jakarta, 13 Maret 2016
-----------------------------------------------------------------------------------------
Semua foto yang ada pada tulisan ini diambil tanpa izin dari berbagai sumber
-----------------------------------------------------------------------------------------
Semua foto yang ada pada tulisan ini diambil tanpa izin dari berbagai sumber
Dear Adindut,
BalasHapusWe're interested to possibly collaborate on a project for our upcoming travel app that'll be launched in Jakarta. As I'm unable to find your e-mail on your page, appreciate if you would contact me at cheryl.wu@tapp.sg to discuss futher.
Thank you and have a great week ahead!
Regards,
Cheryl
Tapp Singapore