|
Piagam Peresmian Galeri Melaka |
Kawasan Kota Tua Jakarta yang semakin tertata, membuatnya nyaman dinikmati sambil berjalan kaki. Dinding-dinding tua gedung bersejarah yang ada disana, seakan bercerita tentang hiruk pikuk Batavia dari masa ke masa.
Aku berjalan melambat, menikmati sisi luar bangunan gedung Museum Bank Indonesia yang terletak di Jalan Pintu Besar Utara 3, Kawasan Kota Tua Jakarta. Bangunan dengan dominasi warna putih itu dulunya adalah sebuah rumah sakit yang bernama Binnnen Hospitaal. Didirikan sekitar tahun 1641 dengan tujuan untuk memelihara kesehatan staf dan tentara Belanda. Bangunan ini kemudian berubah fungsi menjadi bank sentral dengan nama De Javasche Bank pada tahun 1828, lalu pada tahun 1953 menjadi pusat kerja dari Bank Indonesia sebelum akhirnya bank sentral Indonesia tersebut pindah ke Jalan M.H. Thamrin, Jakarta Pusat. Barulah pada tahun 2009, bangunan yang berada tepat dipinggir kali Ciliwung ini diresmikan sebagai sebuah museum oleh Presiden Republik Indonesia Ke-6, susilo Bambang Yudhoyono.
Melewati jembatan yang melintasi sungai Ciliwung, saya berjalan lurus memasuki sebuah kawasan bernama Jalan Roa Malaka atau disebut juga Jalan Malaka. Ada dua pendapat di masyarakat tentang asal usul nama Jalan Roa Malaka. Pendapat pertama mengatakan bahwa nama Roa Malaka berasal dari kata `rawa` dan `pohon malaka`. Konon kawasan ini memang daerah berawa dan banyak ditumbuhi pohon malaka.
Pendapat lainnya tentang asal-usul nama Jalan Roa Malaka adalah kisah sejarah masa lalu kawasan tersebut yang merupakan tempat pemukiman bagi tawanan Portugis di Batavia. Para tawanan tersebut, yang salah satunya adalah Gubernur Malaka, Dom Luís Martins de Sousa Chichorro, ditawan oleh Belanda setelah tentara Belanda berhasil merebut Kota Malaka di Malaysia dari tangan Portugis.
Keterkaitan sejarah antara Malaka, atau Melaka, dengan Kota Jakarta inilah yang kemungkinan besar menjadi dasar keberadaan Galeri Melaka di Jalan Malaka No. 7-9, Kawasan Kota Tua, Jakarta. Galeri Melaka diresmikan pada tanggal 20 Februari 2013 oleh Gubernur DKI Jakarta saat itu, Djoko Widodo, dan Ketua Menteri Melaka, Datuk Seri Hj. Mohd Ali Bin Mohd Rustam. Galeri Melaka menumpang disebuah ruangan kantor yang berada di gedung milik PT. Perusahaan Perdagangan Indonesia (PPI). Di galeri ini kita bisa melihat foto-foto dan poster tentang sejarah serta potensi wisata yang ada di Melaka. Terdapat juga perpustakaan kecil yang sebagian besar koleksinya adalah buku-buku tentang sejarah dan budaya Melayu. Namun sayang, informasi atau tulisan yang ada pada setiap poster di galeri ini menggunakan bahasa Malaysia. Padahal mungkin hampir sebagaian besar pengunjung Galeri Melaka adalah orang Indonesia.
|
Galeri Melaka terletak di Jalan Roa Melaka No. 7-9, Kawasan Kota Tua, Jakarta. |
|
Kantor depan Galeri Melaka |
|
Kebudayaan Melayu yang dipajang di Galeri Melaka |
|
Buku-buku terkait sejarah dan budaya Melaka |
|
Foto Djoko Widodo yang saat itu menjabat sebagai Gubernur DKI Jakarta dalam peresmian Galeri Melaka |
|
Kenali Melaka lewat Galeri Melaka yang terdapat di beberapa kota di Indonesia |
|
Galeri Melaka di kawasan Kota Tua Jakarta |
|
Perpustakaan mini di Galeri Melaka |
|
Galeri Melaka |
|
Sejarah hubungan Melaka-Jakarta, sayang masih dalam bahasa Melayu dan Inggris |
|
"Melawat Melaka Bersejarah berarti Melawat Malaysia" |
Kota Melaka di Malaysia memang dikenal sebagai kota pariwisata yang memiliki banyak museum dan gedung bersejarah. Pada tahun 2008, kota Melaka mendapatkan gelar sebagai `World Heritage City` dari organisasi badan Perserikatan Bangsa-Bangsa untuk pendidikan, keilmuan dan kebudayaan, UNESCO. Budaya Melayu, India dan Tionghoa berpadu dengan manis di Melaka. Aku memiliki kesan pribadi terhadap kota ini, terutama setelah aku mengunjungi Melaka pada tahun 2013. Bagiku Melaka bukan hanya sekedar kota, namun setiap sudutnya mengandung banyak cerita. Cerita tentang masa-masa penjajahan, cerita dari era keemasan sebagai kota pelabuhan, keanekaragaman budaya dan religi, hingga cerita cinta yang layak untuk dikenang.
Selain di Jakarta, Galeri Melaka juga ada dibeberapa daerah di Indonesia seperti Sawah Lunto (Sumatera Barat), Jambi, Palembang (Sumatera Selatan) dan Pekan Baru (Riau). Saat aku datang, Galeri Melaka memang dalam keadaan sepi pengunjung. Mungkin karena belum banyak orang yang mengetahui keberadaan galeri ini. Namun menurut Wulan, petugas di Galeri Melaka, setiap harinya ada saja pengunjung yang datang dan melihat-lihat informasi seputar Melaka di Galeri ini. "Ada saja pengunjung yang datang, biasanya diantar sepeda onthel atau sambil lewat sehabis berkeliling di Kota Tua." kata Wulan. Galeri Melaka buka setiap hari Selasa sampai Minggu pukul 9.00-17.00 WIB dan tidak dipungut biaya alias gratis.
Tertarik melancong ke Melaka? Galeri Melaka adalah tempat yang tepat bagi kamu untuk mengenal Melaka sebelum kamu benar-benar tiba di sana.
-Kota Tua, Jakarta, November 2016-
Itu trend baru ya, pd gb pertama sblm nama di bawah tandatangan ada tambahan YTH...kok rancu sekali ya...entah yg ngerjainnya atau yg pesen tulisannya yg gak sekolah ya...
BalasHapus