Jembatan Kota Intan di kawasan Kota Tua Jakarta |
Jembatan Kota Intan dahulu bernama Engelse Brug atau Jembatan Inggris |
Mas Ary Sulistyo (kanan) dan mba Wulan (kiri) dari IHH |
Berfoto bersama di Jembatan Kota Intan | Dok. Istimewa |
“Menariknya jembatan ini adalah satu-satunya yang tersisa di Jakarta sekarang, dulu namanya Batavia. Jembatan ini mengadopsi teknologi jembatan yang ada di Amsterdam,” terang mas Ary.
Selanjutnya kami mulai berjalan
menjelajahi kawasan sekitar. Gudang tua di sisi timur dan di sisi barat Kota
Tua yang menjadi tujuan kami.
Mas Ary bercerita bahwa pada masa
VOC di abad ke-17 dan ke-18, gudang-gudang itu dipakai untuk menyimpan
komoditas perdagangan, khususnya rempah, dan benda-benda kebutuhan logistic VOC
lainnya seperti peralatan dan suku cadang kapal. Lalu kemudian berkembang
dengan dilengkapi infrastuktur dan sarana penunjang lain seperti tembok kota,
bastion pertahanan, menara syahbandar, pasar, dan balai kota (stadhuis).
Peserta Tur Gudang-Gudang Tua di Jakarta |
Bagi yang sering mengikuti perjalanan ke Kota Tua, Gudang Barat mungkin sudah biasa didatangi. Gudang tersebut kini dialih fungsikan sebagai Museum Bahari. Dalam bukunya mas Ary menuliskan bahwa Gudang Barat alias Westzijdsche Pakhuizen dirancang oleh Ir. Jacques Bollan dan dibangun bertahap mulai tahun 1652.
Komplek bangunan kemudian diubah
beberapa kali sampai tahun 1759. Angka tahun perubahan-perubahan tersebut bisa
terlihat di beberapa pintu museum.
Pada zaman Jepang (1939-1945),
Gudang Barat difungsikan sebagai tempat logistik peralatan militer Dai Nippon.
Lalu setelah Indonesia merdeka, gudang ini digunakan sebagai gudang logistik
Perusahaan Listrik Negara (PLN) dan Pos Telepon dan Telegraf (PTT).
Selanjutnya, pada tanggal 7 Juli 1977, Gubernur DKI Jakarta Ali Sadikin
meresmikan Gudang Barat sebagai Museum Bahari.
Lalu bagaimana dengan Gudang
Timur atau Oostzijdse Pakhuizen?
Nasibnya tidak sebaik Gudang Barat.
Kondisi Gudang Timur saat kami datang sangat memprihatikan. Layaknya bangunan
tua yang terabaikan, yang terbayang saat melihat gudang ini hanyalah tentang
misteri dan hantu.
Gudang Timur di Kota Tua Jakarta |
Gudang Timur di Kota Tua Jakarta |
Gudang Timur di Kota Tua Jakarta |
Untuk bisa mencapai lokasi ini saja tidak mudah. Perlu kehati-hatian menjejak di jalanan tanah yang berbatu dan berdebu. Belum lagi kewaspadaan yang harus tinggi agar tidak timbul masalah tersenggol oleh truk-truk tronton yang lalu lalang.
Ya. Gudang Timur berada di dalam
lokasi parkir truk-truk tronton.
Di bagian sisi lain tembok Gudang
Timur adalah perumahan warga. Kampungnya bernama kampung Tongkol. Untuk menyimak
penjelasan dan melihat sisi-sisi bangunan gudang, kita harus permisi membuka
dan menutup pagar halaman rumah warga.
Tembok Gudang Timur |
Tembok Gudang Timur, bersisian langsung dengan halaman rumah warga |
Tur dilanjutkan dengan menelusuri sisi aliran sungai Ciliwung. Penataan tampak sudah dilakukan untuk wilayah ini. Hingga akhirnya kami tiba di Kawasan Museum Kebaharian. Peserta tur diajak untuk singgah sejenak di Menara Syahbandar lalu ke Museum Bahari sebagai tujuan akhir tur.
Sungai Ciliwung di Kampung Tongkol |
Senang bisa mengikuti tur ini. Karena melihat gudang-gudang tua yang ada di Jakarta adalah sesuatu yang baru bagi saya. Bahkan jujur saja, ini pun pertama kalinya saya mengunjungi Jembatan Kota Intan. Terima kasih Indonesia Hidden Heritage dan mas Ary Sulistyo atas turnya. Terima kasih mas Vidi, teman seperjalanan. Spesial terima kasih untuk mas Anugrah yang sudah mentraktir saya dalam tur ini. Semoga Tuhan Yang Maha Esa membalas budi baik kalian semua.
###
Keren banget tulisannya, Kang. Hebat euy Kang Adi bisa bikin tulisan dari tutur dan laku. We want more!!!!!!
BalasHapus